Sukoharjo, Kemenkes mencatat setiap tahun omzet jamu tradisional terus meningkat pesat. Pada tahun 2006, omzet jamu masih pada kisaran angka Rp 5 triliun, sedangkan pada tahun ini diperkirakan omzet jamu akan mencapai Rp 13 triliun. Omzet jamu dari Indonesia merupakan 2 persen dari omzet obat herbal di seluruh dunia.
"Omzet penjualan jamu semakin meningkat. Pada 2006 lalu, omzet penjualan jamu di Indonesia masih pada kisaran Rp 5 triliun. Tahun 2008 meningkat menjadi Rp 7,2 triliun, sedangkan pada tahun ini omzet penjualan jamu diprediksi mencapai Rp 13 triliun. Jamu indonesia telah Produk jamu di Indonesia berhasil menyumbang dua persen dari total produksi obat herbal di dunia."
Hal tersebut disampaikan oleh Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Maura L Sitanggang usai pencanangan kampung jamu di Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (22/11/2012).
Maura mengatakan sejauh ini dari survei yang dilakukan Kemenkes diketahui bahwa jamu tradisional dikonsumsi oleh lebih dari separuh penduduk Indonesia dari berbagai lapisan usia. Dari jumlah tersebut 95,6 persen konsumen mengaku dapat merasakan khasiatnya.
Trend masyarakat yang semakin senang mengonsumsi obat herbal, termasuk jamu, lanjut Maura, harus ditangkap sebagai peluang usaha bagi petani di Tanah Air. Hal tersebut dikarenakan bahan baku pembuatan jamu, sebagian besar hingga saat ini masih didatangkan dari luar negeri atau impor.
"Sekitar 60 persen bahan baku masih diimpor. Petani kita harus menangkap peluang usaha ini, apalagi Indonesia memiliki keunggulan keanekaragaman hayati. "Hampir semua tanaman obat bisa tumbuh di negeri kita ini," ujar Maura.
(mbr/nvt)